Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan Samudera Pasai adalah salah satu kerajaan Islam besar pertama di Nusantara setelah Kesultanan Perlak. Kesultanan ini terletak di wilayah Lhokseumawe, Aceh, dan menjadi pusat penyebaran Islam serta perdagangan internasional. Berikut adalah detail lengkap tentang Kesultanan Samudera Pasai:
1. Latar Belakang dan Pendirian
Kesultanan Samudera Pasai didirikan sekitar tahun 1267 M oleh Sultan Malik Al-Saleh. Kerajaan ini terbentuk dari penyatuan dua kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Samudera dan Kerajaan Pasai, yang sebelumnya berdiri sendiri.
Sultan Malik Al-Saleh, yang sebelumnya bernama Meurah Silu, adalah pendiri sekaligus sultan pertama. Menurut catatan sejarah, beliau memeluk Islam setelah bertemu dengan ulama Arab yang berdakwah di wilayah tersebut.
2. Geografis dan Keberadaan Strategis
Samudera Pasai terletak di pantai utara Sumatra, tepatnya di daerah yang sekarang dikenal sebagai Lhokseumawe. Lokasinya sangat strategis karena berada di jalur perdagangan internasional antara Timur Tengah, India, dan Tiongkok. Hal ini menjadikan Samudera Pasai sebagai pusat perdagangan dan pertemuan berbagai budaya.
3. Sultan-Sultan Kesultanan Samudera Pasai
Berikut adalah beberapa sultan terkenal dalam Kesultanan Samudera Pasai:
Sultan Malik Al-Saleh (1267–1297 M): Sultan pertama yang memimpin kerajaan ini.
Sultan Malik Al-Zahir (1297–1326 M): Anak dari Sultan Malik Al-Saleh, yang memperluas pengaruh kerajaan.
Sultan Ahmad Malik Al-Zahir: Memimpin pada masa kejayaan Samudera Pasai dan memperkuat hubungan dagang internasional.
4. Perkembangan Agama dan Kebudayaan
Kesultanan Samudera Pasai memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Nusantara. Ulama-ulama dari Arab, Persia, dan India sering datang ke Samudera Pasai untuk berdakwah. Samudera Pasai juga menjadi pusat pendidikan Islam dengan pengajaran Al-Qur'an, fikih, dan bahasa Arab.
Koin emas dan perak bertuliskan huruf Arab yang ditemukan di wilayah ini menunjukkan bahwa Samudera Pasai telah mengadopsi Islam sebagai sistem ekonomi dan politiknya.
5. Pusat Perdagangan Internasional
Samudera Pasai menjadi pelabuhan dagang utama yang ramai dikunjungi oleh pedagang dari Arab, Gujarat, Tiongkok, dan wilayah Asia Tenggara lainnya. Barang dagangan yang terkenal dari Samudera Pasai adalah lada, yang menjadi komoditas utama kerajaan ini. Lada Pasai dikenal memiliki kualitas tinggi dan banyak diminati di pasar internasional.
6. Kejayaan dan Kemunduran
Pada abad ke-13 hingga 14, Samudera Pasai mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan ini berhasil memperluas wilayah kekuasaan dan mengukuhkan posisinya sebagai pusat perdagangan dan Islam di Asia Tenggara.
Namun, pada abad ke-15, Kesultanan Samudera Pasai mulai mengalami kemunduran karena beberapa faktor:
Serangan Majapahit (1345): Ekspansi Majapahit ke Sumatra melemahkan posisi Samudera Pasai.
Serangan Kesultanan Malaka: Malaka, yang muncul sebagai kekuatan baru, merebut peran Samudera Pasai sebagai pusat perdagangan.
Internal Kerajaan: Konflik internal dan lemahnya kepemimpinan juga berkontribusi pada kemundurannya.
Pada akhirnya, Kesultanan Samudera Pasai runtuh setelah ditaklukkan oleh Kesultanan Aceh pada abad ke-16.
7. Warisan dan Pengaruh
Warisan Kesultanan Samudera Pasai terlihat dalam beberapa aspek:
Situs Sejarah: Makam Sultan Malik Al-Saleh dan sultan-sultan lain masih dapat ditemukan di Lhokseumawe.
Islamisasi: Peran Samudera Pasai dalam menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara sangat besar.
Literatur dan Koin: Penemuan koin bertuliskan huruf Arab dan manuskrip kuno membuktikan bahwa Samudera Pasai memiliki peradaban tinggi.
Kesultanan Samudera Pasai adalah tonggak penting dalam sejarah Islam di Indonesia. Kejayaannya sebagai pusat perdagangan dan dakwah Islam menjadikannya salah satu kerajaan paling berpengaruh di Asia Tenggara pada masanya.